Senin, 04 Juli 2011

Habib Husein Allatas: Berpulangnya Sang Pengayom Umat

Selamat jalan, orangtua kami tercinta. Selamat jalan, guru kami tersayang. Selamat jalan, pengayom umat yang penuh cinta.


Jum`at sore (27/05), kaum muslimin, di Jakarta khususnya, diuji dengan satu musibah yang sangat besar. Canda, tawa, dan senyum riang pun tiba-tiba berubah menjadi cucuran deras air mata. Sore itu, berita berpulangnya ulama besar sekaligus pengayom umat sontak mengejutkan kaum muslimin, terlebih lagi mereka yang telah lama merasakan indahnya kebersamaan dengan sang penyayang dhu`afa ini.

Selepas ashar, figur yang alim, tegas dalam sikap, terdepan dalam mengayomi kaum lemah, penyayang umat, dan pemilik kharisma yang langka ini menutup mata, menghadap Tuhannya.
Ya, sang Habib Jenderal itu telah berpulang ke haribaan Allah, menghadap Rabb-nya dan meninggalkan kita semua untuk selama-lamanya. Beliau adalah Habib Husein Allatas Gang Buluh, putra sekaligus khalifah Habib Ali bin Husein Allatas, yang dikenal dengan sebutan “Habib Ali Bungur”. Habib Husein wafat di RS Asri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Pada saat jenazahnya akan tiba di rumah duka, yang terletak di Jln. Buluh No. 45 Condet, masyarakat sekitar, baik yang tua maupun muda, laki-laki dan juga perempuan, keluar rumah untuk menyambut. Kehadiran jenazah disambut dengan deraian air mata, bukti kehilangan yang teramat dalam terhadap panutan yang selama ini mencurahkan hidupnya membimbing dan menyayangi mereka.

Satu demi satu, jama’ah berdatangan dari berbagai penjuru Jakarta, memadati ruang majelis Al-Khairat, asuhan Habib Husein Allatas. Demikian pula para tokoh, baik ulama maupun umara, silih berganti mendatangi kediaman almarhum untuk memberikan penghormatan terakhir dan berbela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

Ya-Sin, dzikir, dan tahlil, tak henti-hentinya terus diuntaikan bagi almarhum dari muhibbin, yang semakin memadati ruangan majelis hingga ke jalanan. Sepanjang malam pun, para jama’ah dan muhibbin tak putus-putusnya mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dan tahlil, disertai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, yang terutama dilantunkan oleh santri-santri muda.

Keesokan harinya, Sabtu (28/05), para jama’ah yang datang berta`ziyah semakin membludak. Sejak pagi sekali mereka telah ramai berdatangan ke rumah duka sembari menanti saat-saat pemakaman yang akan dilaksanakan pada siang harinya, selepas zhuhur.

Kiriman bunga dari sejumlah tokoh penting pun mulai berdatangan, menunjukkan betapa beliau sangat dicintai oleh semua kalangan.

Pukul 11.00 WIB, setelah usai dimandikan dan dikafani, jenazah Habib Husein dishalatkan terlebih dahulu sebelum dibawa ke Masjid Al-Hawi untuk juga dishalatkan di sana. Ini dimaksudkan agar semua jama’ah yang terus berdatangan dalam jumlah yang sangat besar itu nantinya memiliki kesempatan untuk menshalati Habib Husein.

Shalat Jenazah di rumah duka dilakukan dalam dua tahap, karena tempat yang ada tidak bisa menampung jumlah jama’ah yang hadir saat itu. Untuk tahap pertama, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf ditunjuk sebagai imam, K.H. Abdurrasyid A.S., pemimpin Perguruan Islam Asy-Syafi`iyyah Jakarta, sebagai pemberi kata pelepasan, dan doanya diserahkan kepada K.H. Abdurrahman Nawi, pengasuh PP Al-Awwabin Depok.
 
Usai dishalatkan di rumah duka, jenazah dibawa menuju Masjid Al-Hawi, Condet, untuk kembali dishalatkan oleh ribuan jama’ah yang sudah menunggu. Al-Allamah Habib Zein Bin Smith Madinah, yang tengah burkunjung ke Indonesia, didaulat untuk menjadi imam sekaligus memberikan kata pelepasannya.

Dalam kesempatan itu, Habib Zein Bin Smith mengungkapkan, kaum muslimin telah kehilangan satu tokoh besar yang perilaku dan akhlaqnya mencerminkan kepribadian salafus shalih, teladan yang sulit dicari penggantinya di zaman sekarang ini.

Di luar masjid, di sepanjang jalan dari rumah duka, puluhan ribu muhibbin semakin berjubel untuk menunggu jenazah selesai dishalatkan. Suasana duka dan haru semakin terasa ketika keranda, yang di dalamnya terdapat jenazah Habib Husein, diusung keluar masjid untuk dibawa ke peristirahatan terakhir di Kompleks Pemakaman Habib Salim bin Thoha Al-Haddad Kalibata.

Takbir dan tahlil, yang diiringi cucuran air mata dan isak tangis muhibbin, menggema silih berganti mengiringi jenazah menuju pemakaman, dengan konvoi panjang kendaraan roda dua dan empat.

Sebelum sampai di pemakaman, karena banyaknya jama’ah dan tokoh yang belum menshalati al-marhum, akhirnya jenazah kembali dishalatkan di Masjid Ash-Sholihin Kalibata untuk kali keempat.

Sementara itu, di area pemakaman, ribuan jama’ah sudah siap pula menyambut kedatangan jenazah Habib Husein.

Sebelum dimakamkan, jenazah kembali dishalatkan atas permintaan tokoh-tokoh Rabithah Alawiyyah Indonesia, yang tengah bermuktamar. Untuk kesekian kalinya dan untuk yang terakhir kalinya jenazah Habib Husein dishalatkan. 
Setelah itu, barulah jenazah disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya di kubah pemakaman keluarga Habib Salim bin Thoha Al-Haddad. 

Habib Husein, sang Jenderal Habaib, wafat dalam usia 71 tahun. Beliau meninggalkan tiga orang putri. Sebenarnya Habib Husein memiliki empat orang putri, namun salah satu putrinya telah mendahului berpulang ke rahmatullah.

Habib Husein telah pergi untuk selamanya, meninggalkan teladan bagi umat dan kemanusiaan. Namanya akan harum sepanjang masa. Kita yang ditinggalkan diliputi duka yang tiada terhingga. Kini kiprah Habib Husein akan diteruskan oleh khalifah sekaligus menantunya, Habib Mahdi bin Abdurrahman bin Syekh Allatas.

Selamat jalan, orangtua kami tercinta. Selamat jalan, guru kami tersayang. Selamat jalan, pengayom umat yang penuh cinta. Semoga Allah menempatkan Habib Husein di tempat yang paling layak sebagaimana jasa-jasa dan kasih sayangnya terhadap umat Rasulullah SAW selama hidupnya. Amin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar