Jumat, 27 Mei 2011

Istana Anak Yatim, Tanah Bumbu: Masyarakat Terhormat

Sebagai anak-anak kesayangan Rasulullah, mereka adalah kelompok masyarakat terhormat dan berhak ada di tempat mulia.

Sesuatu yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin di Tanah Bumbu: anak yatim punya istana. Masa iya? Benar, kalau sempat, bolehlah Anda mengunjunginya di Desa Bersujud, Simpang Empat, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Di atas area tanah yang luas, istana megah itu berdiri gagah di tengah bangunan-bangunan pelengkapnya dan dengan berbagai fasilitas istimewanya. Semua itu milik mereka, anak-anak yatim.

Biasanya, yang namanya istana identik dengan derajat kebangsawanan, kekuasaan, kemewahan, kekayaan, prestise, dan semacamnya. Sebaliknya, dunia anak yatim adalah dunia yang akrab dengan kesedihan, keterpinggiran, ketidakberdayaan, ketidakjelasan masa depan, kehilangan kasih sayang, kenakalan, dan berbagai macam predikat tak simpatik lainnya. Di tangan dr. H.M. Zairullah Azhar, M.Sc., dua hal berlawanan itu bisa “dikawinkan” dan berhasil melahirkan citra baru nan indah: Istana Anak Yatim.
Nama “Istana Anak Yatim” sama sekali bukan sebutan basa-basi, apalagi untuk kepentingan sesaat. Buktinya, bangunan megah itu kini benar-benar telah menjadi istana milik mereka, setelah Ayah, panggilan sayang ribuan anak yatim itu kepada Zairullah, mewakafkannya untuk mereka secara resmi di depan notaris. Agar pengasuhan mereka tetap terawasi dengan baik, ia tetap menjadi pembina utamanya.

Di sini anak yatim bukan hanya dipelihara atau disantuni. Sebagaimana anjuran Rasulullah SAW, di sini mereka amat dimuliakan. Sebisa mungkin kehidupan dan pendidikan mereka tetap terkawal hingga dewasa dan mandiri. Sehingga, konsep memuliakan anak yatim ala Zairullah tidak berhenti sampai pada jaminan makan-minum dan bangunan fisiknya saja.

Untuk itulah beragam investasi, berupa lahan perkebunan sawit, perkebunan karet, dan aset-aset lainnya, telah dikembangkan di beberapa desa. Hasilnya, ditambah sumbangan dari luar yang tak mengikat, digunakan untuk membiayai segala kebutuhan mereka. Sebagai dana abadi untuk masa depan mereka, lagi-lagi, aset-aset perkebunan itu pun telah diwakafkan.

Serba Istimewa
Rasulullah SAW adalah makhluk termulia di alam semesta. Beliau juga digelari Abul Yata¬ma, Bapak Anak Yatim. Wajar bila “anak-anak” beliau dipandang sebagai kelompok masyarakat terhormat dan berada di tempat mulia. Pandangan itulah yang menjadi se¬mangat di balik pendirian Istana Anak Yatim di Tanah Bumbu, sebagai cerminan martabat mereka yang pantas dihormati layaknya penghormatan terhadap orang-orang terhormat.

Orang-orang yang baru melangkahkan kaki masuk area istana pasti akan tercengang. Selain bangunan utama di bagian depan, bangunan demi bangunan lain di sekitarnya juga tak kalah megah. Dari mulai gedung-gedung asramanya, gedung-gedung sekolahnya, bangunan masjidnya, hingga berbagai fasilitas serba istimewa lainnya.

“Yang membuat saya terpana itu apa? Sambil berjalan menyusuri kompleks Istana Anak Yatim, saya pikir, berapa besar biaya untuk menghidupi mereka? Eh, semakin ke belakang, begitu melihat bangunan-bangunan baru, ternyata makin ‘gila’ lagi,” itu kata Irmansyah, seorang manajer di TVRI Pusat Jakarta, saat mengunjungi Istana Anak Yatim. Banyak lagi ekspresi komentar berbagai pihak saat mereka menyaksikan langsung istana tersebut.

Lima gedung asrama berlantai tiga dibangun sedemikian rupa agar nyaman ditinggali. Di tengahnya, pot-pot tanaman hias tersusun rapi, menciptakan suasana yang damai dan asri. Ruang pendopo pun disediakan sebagai tempat mereka berkumpul, dilengkapi sebuah pesawat televisi berukuran besar sebagai salah satu sarana hiburan mereka. Sarana hiburan juga disediakan, seperti lapangan sepakbola dan lapangan bola voli.

Dalam hal makanan, anak-anak istana dimanja dengan konsumsi makanan yang bergizi. Sehari makan tiga kali dengan menu setiap hari berganti, ditambah snack sekali di petang hari. Setiap bulan, tak kurang dari 10 ton beras, 3,75 ton ikan laut, 1,5 ton daging sapi, 25 ribu butir telur, ditambah kebutuhan lainnya, seperti bahan sayuran, gula, susu, snack, dan peralatan kebersihan diri (sabun, sampo, dan pasta gigi), harus tersedia.

Bisa dibayangkan berapa ratus juta rupiah yang harus disiapkan untuk semua kebutuhan itu. Belum lagi uang saku yang diberikan setiap pagi sebesar dua ribu rupiah per anak dan uang saku tambahan 20 ribu-25 ribu rupiah, yang biasa dibagikan sendiri oleh Ayah atau Bunda, sapaan akrab bagi istri Zairullah, setiap Ahad pagi. Pengadaan pakaian, biaya pendidikan dan kesehatan, gaji ustadz dan karyawan, serti biaya rekening listrik dan air bersih, belum termasuk dalam kalkulasi ini.

Pada bangunan induk, sebuah ruangan luas yang berseberangan dengan kamar pribadi Zairullah disulap menjadi kamar tidur yang tertata apik. Setiap malam, lima puluh anak yatim putri tidur di ruang tidur istimewa itu. Esok malamnya, lima puluh putrinya yang lain tidur di sana. Begitu seterusnya, mereka tidur di ruang itu secara bergantian. Siang dan malam, mantan bupati Tanah Bumbu itu memang selalu ingin dekat dengan mereka.

Fasilitas pendidikan yang disediakan pun relatif lengkap, dan tentunya serba gratis, dari mulai taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi. Berbagai program pendidikan diadakan, guru-guru berkualitas pun didatangkan.

Secara berkala, diadakan pertemuan dan pengarahan kepada para guru untuk semakin merapatkan koordinasi dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan. Setahun sekali, siswa-siswi Darul Azhar, nama sekolah milik Istana Anak Yatim, juga mengadakan study tour, baik ke sekolah lainnya maupun ke perusahaan-perusahaan, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka.
Di samping pendidikan umum, pendidikan agama sangat ditekankan di sini. Bahkan, materi-materi pelajaran agama mendapat porsi cukup besar dalam kurikulum pendidikan mereka. Bacaan-bacaan semacam Wirdul Lathif dan ratib pun dibiasakan sebagai wirid harian. Pelajaran agama itu ditanamkan sebagai modal utama kepribadian mereka, bila kelak mereka telah beraktivitas di tengah-tengah masyarakat, dalam profesi apa pun.

Inilah sekelumit gambaran suasana yang ada Istana Anak Yatim, Tanah Bumbu. Sedemikian rupa, mereka dimanjakan dengan berbagai fasilitas serba istimewa, pendekatan manusiawi, dan bekal pendidikan yang mencerdaskan. Suasana yang tercipta itu adalah refleksi kesungguhan yang teruji dari sebuah cita-cita mulia, memuliakan anak yatim.

Hanya “Menumpang”
Jum’at 22 April yang lalu, diadakan pengarahan kepada para pelajar Darul Azhar yang akan lulus SLTA, dengan mendatangkan langsung Rektor Unas Pasim, Prof. Dr. Mohammad Baharun, S.H., M.A., atau yang akrab disapa “Habib Muhammad Baharun”. Saat itu, alKisah berkesempatan hadir di sana.

Malam sebelumnya, alKisah juga turut hadir dalam majelis rutin setiap malam Jum’at di Masjid Nurul Islam, yang letaknya tepat di depan Istana Anak Yatim.

Lebih dari seribu orang hadir malam itu, untuk mengikuti pembacaan Maulid Simthud Durar, mau’izhah dari Habib Muhammad Baharun dan Guru Rusydi dari Banjar, yang diakhiri dengan muhasabah bersama yang dipimpin langsung oleh Zairullah.

Menariknya, dalam majelis mingguan tersebut, setiap dua pekan sekali dibagikan doorprize, berupa umrah ke Tanah Suci bagi empat jama’ah, dua laki-laki dan dua perempuan. Alhamdulillah, malam itu juga ada seorang non-muslim yang menyatakan masuk Islam.
Dalam acara pengarahan bagi para siswa yang akan lulus SLTA keesokan harinya, disampaikan bahwa, pada tahun ajaran baru nanti, ada sekitar enam puluh pelajar Darul Azhar yang siap diberangkatkan ke berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Bandung, Jember, Jombang, untuk melanjutkan studi mereka ke tingkat perguruan tinggi. Dua puluh di antaranya akan menjalani kuliah di Universitas Nasional Pasim Bandung. Di Bandung, ada empat jurusan yang akan mereka masuki nanti, yaitu Jurusan Ekonomi, Jurusan Komputer, Jurusan Psikologi, dan Jurusan Sastra (Inggris dan Jepang).

Diberangkatkannya para siswa dari Istana Anak Yatim ini adalah bagian dari komitmen untuk membentuk generasi yang cerdas dan mandiri di kemudian hari, yang ada dalam sosok bersahaja, dr. H.M. Zairullah Azhar, M.Sc.

Di tengah berbagai prestasi mulia yang telah ia torehkan, nyatanya sehari-hari ia tetap orang yang tampil sederhana. Berkopiah putih, baju koko, dan bercelana panjang atau bersarung, terkadang pula bergamis, begitulah tampilannya sehari-hari di Istana Anak Yatim.

Totalitas tanggung jawabnya terhadap anak yatim memang telah teruji, bahkan sampai ia merasa bahwa keberadaannya di Istana Anak Yatim itu hanya menumpang. Sebab, seperti telah disinggung di atas, semua bangunan dan fasilitas di dalamnya, mulai dari bangunan induk istana, asrama, masjid, prasarana pendidikan, mulai dari TK, MI, MTs, MA, hingga STIKes, yang dibangun dengan dana besar, sudah ia wakafkan untuk kepentingan anak yatim. Ia hanya “minta” sekapling tanah di dekat masjid yang dipersiapkan sebagai “rumah masa depan”. Kelak, bila waktunya ia tutup usia, ia ingin dimakamkan di tanah tersebut.

3 komentar:

  1. bupati pertama di tanah bumbu ini memang sudah terbukti memikirkan tanah bumbu sekarang dan akan datang.semoga ALLAH SWT meridhoinya amin

    BalasHapus
  2. SubhanAllah..sosok ayah bagi ribuan anak2 yg lebih mementingkan akhirat ketimbang duniawi.

    BalasHapus
  3. SubhanAllah..sosok ayah bagi ribuan anak2 yg lebih mementingkan akhirat ketimbang duniawi.

    BalasHapus